“Tuo alun, mudo talampau.”
Begitu kata orang-orang dari kampung halaman orang tuaku. Dibilang tua belum waktunya, dibilang muda tapi udah di ambang batas. Umur 30 adalah ambang batas “usia pemuda” menurut undang-undang 40 tahun 2009 tentang kepemudaan.
Apapun itu definisi tentang “usia muda”, satu hal yang pasti dan semua sepakat kalau waktu tak bisa diulang. Akhirnya aku masuki umur itu, 17 November 2019.
Manusia memang mudah lupa dalam mengingat tanggal dan hari. Namun manusia lebih mudah mengingat peristitwa dan kejadian.
Jadi kutuliskan di sini untukmu calon anakku yang sedang dalam kandungan. Saat Ayahmu bertambah usia menjadi 30, usiamu di dalam kandungan ibumu memasuki angka 30 minggu. Jika diizinkan Rab-Mu dan menurut perkiraan dokter, maka kau akan lahir di pertengahan Januari 2020.
Maka tiap hari kami ajak kau komunikasi untuk berkompromi, karena pesan dokter begitu. Katanya kau bisa mendengar sejak dari dalam kandungan.
Kami ajak kompromi agar kau lahir saat cuaca sedang cerah di Kota Bogor yang dikenal kota hujan. Kota tempat tinggal ibumu itu sering macet di akhir pekan, semoga jalanan Bogor tidak sedang macet waktu kau dilahirkan.
Semoga dokter yang akan membantu persalinan ibumu tidak sedang cuti. Dan segala kemudahan lain demi kelancaran proses persalinanmu.
Di atas segalanya, do’a paling utama adalah kau bisa lahir dengan selamat tanpa kurang satu apapun, begitu pula ibumu di bilangan bulan ke 9 nanti.
Kata guru IPA di SD dulu, makhluk hidup punya tujuan berkembang biak untuk meneruskan keturunannya.
Sabda nabimu, menikah itu menyempurnakan setengah agama.
Pelajaran yang kami ambil nak, menikah, mengandungmu dan menemani ibumu melewati tiap bilangan adalah perjalanan spiritual, juga emosional. Bikin semakin dekat dengan Rab-Mu dan semakin menghargai nenekmu karena telah melahirkan kami. Ternyata tak mudah.
Intisari dari semuanya, bagi yang belum bertemu dengan waktunya (menikah dan mengandung), kami doakan tetap kuat melewati bilangan-bilangan penantian.